...+_+...

Selasa, 14 Desember 2010

Kampung Naga, Kampung Yang Masih Memegang Tradisi Leluhur



di Kampung Naga
di Kampung Naga
Kampung Naga merupakan salah satu dari kampung yang masih memegang tradisi dan adat istiadat leluhur, namun bisa hidup berdampingan dengan kehidupan masyarakat lain yang lebih modern.
Mengunjungi Kampung Naga memang memiliki keunikan tersendiri. Melihat dari dekat kehidupan sederhana dan bersahaja yang masih tetap lestari di tengah peradaban modern.
Hari Selasa, Rabu, dan Sabtu adalah hari pantangan bagi masyarakat Kampung Naga untuk membicarakan berbagai hal tentang tradisi mereka. Selain pada hari pantangan tersebut, kita bisa berinteraksi dengan mereka dengan lebih leluasa.
Kampung Naga secara administratif terletak di kampung Legok Dage, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Terletak persis di samping jalan raya Tasikmalaya-Garut dari rute Tasikmalaya-Bandung, membuat kampung ini mudah dicapai.
Untuk menuju ke sini bisa ditempuh dari 2 arah, dari Garut atau dari Tasikmalaya, karena kampung ini terletak di “tengah-tengah” perbatasan kedua kota, sekitar 30 km dari Tasikmalaya dan 26 km dari Garut.
Dari Jakarta, saya menuju Garut dengan menggunakan bus Primajasa dari Terminal Lebak Bulus dengan ongkos 35 ribu rupiah. Bila naik yang jurusan Tasikmalaya, ongkosnya 40 ribu rupiah.
Pertimbangan saya, dari Kampung Naga, saya akan meneruskan perjalanan ke Tasikmalaya, sehingga bila berangkat dari Garut lebih mangkus. Apalagi entah kenapa bus-bus jurusan Tasikmalaya yang biasanya pating tlecek di Terminal Lebak Bulus, saat itu tidak ada sama sekali.
Dari Terminal Guntur, Garut, saya melanjutkan perjalanan dengan menggunakan Elf (colt diesel) tujuan Garut-Tasikmalaya dengan ongkos 20 ribu rupiah. Perjalanan memakan waktu sekitar 1-2 jam tergantung kecepatan Elf (sering ngetem menunggu penumpang atau tidak). Ongkos dan waktu tempuh juga hampir sama jika menempuh dari Tasikmalaya.
Jika dari Bandung, gunakan minibus kecil jurusan Bandung-Tasikmalaya. Namun tanyakan dulu apakah bus tersebut melewati Kampung Naga atau tidak.
Jalan berkelok menyusuri bukit adalah jalur yang kami lewati. Saking penuhnya Elf, beberapa penumpang bahkan sampai duduk di atas atap Elf. Saya ndak bisa membayangkan gimana rasanya berada di atap ketika Elf menukik dan berkelok menyusuri tepian jurang.
Gerbang Kampung Naga
Gerbang Kampung Naga
Turun dari Elf, saya disambut oleh sebuah lapangan parkir beraspal dan gerbang bertuliskan “Selamat Datang di Kampung Naga”, serta sebuah tugu Kujang, senjata tradisional Sunda. Di seputaran tempat parkir sudah terdapat kios-kios penjual suvenir anyaman khas Tasikmalaya yang dibuat oleh penduduk Kampung Naga dan warung-warung makan.
Seorang penduduk memanggul batu kali untuk dijual
Seorang penduduk memanggul batu kali untuk dijual
Untuk menuju ke Kampung Naga, cukup sulit. Saya harus menuruni anak tangga dengan sudut yang curam, mencapai sekitar 45°. Walau anak tangga ini terbuat dari semen yang cukup bagus, bila tidak berhati-hati kita bisa saja terjatuh.
Apalagi tidak ada pagar yang bisa dipakai untuk pegangan, membuat pengunjung harus lebih berhati-hati.
Beberapa penduduk Kampung Naga tampak sedang mendaki naik untuk keluar dari Kampung Naga dan melakukan aktivitas di luar. Seorang bapak yang saya sapa bahkan sedang memanggul batu kali untuk dijual.
Separo perjalanan, dari jauh sudah terlihat deretan rumah berwarna putih beratap hitam menyembul dari kaki bukit dan sawah. Sungai Ciwulan dengan air deras berwarna kecoklatan yang mata airnya berasal dari Gunung Cikuray, Garut, mengapit desa.
Masyarakat Kampung Naga memang menggantungkan hidup dari pertanian dan sungai. Saya jadi teringat sejarah bahwa peradaban manusia lahir di lembah sungai.
Sebuah jalan semen nampak jelas menjadi jalan utama menuju gerbang masuk Kampung Naga.
Jalan utama menuju Kampung Naga
Jalan utama menuju Kampung Naga
Masyarakat Kampung Naga yang berjumlah sekitar 100 kepala keluarga ini begitu kuat menaati aturan dan adat istiadat yang berlaku. Aturan ini mencakup banyak hal, mulai dari waktu dan tata cara kehidupan hingga pola arsitektur serta kebudayaan.
Mereka sangat mempercayai hal-hal mistis sehingga ada lokasi-lokasi yang dikeramatkan, antara lain hutan adat yang terletak di sebelah barat di mana di sana terdapat makam para leluhur mereka.
Banyak versi yang menceritakan sejarah Kampung Naga, namun tidak ada catatan resmi karena dokumen-dokumen sejarah kampung ini musnah ketika serangan pemberontakan DI/TII pimpinan Kartosuwiryo.
Namun versi yang populer adalah pada masa kewalian Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, seorang muridnya yang bernama Singaparana ditugasi untuk menyebarkan agama Islam ke sebelah barat hingga mencapai daerah Neglasari (Kampung Naga sekarang).
Awalnya penduduk di sana memeluk agama Hindu yang berasal dari kerajaan Pajajaran, namun akhirnya memeluk agama Islam yang dibawa oleh Singaparana. Sembah Dalem Singaparana inilah yang kemudian menjadi leluhur dan sosok yang dihormati oleh masyarakat Kampung Naga.
Nama “Kampung Naga” sendiri diduga berasal dari kata “Kampung Nagawi”, yang kemudian lebih sering disebut dengan “Kampung Naga”.
Meski semua penduduk beragama Islam, namun tata cara peribadatan mereka berbeda dengan umat Islam pada umumnya. Misalnya, mereka melakukan sholat hanya pada hari Jumat. Juga beberapa hari besar agama Islam juga mereka terapkan yang diberi nama Hajat Sasih. Pengaruh Hindu masih kuat terasa.
Rumah-rumah di Kampung Naga
Rumah-rumah di Kampung Naga
Rumah-rumah panggung berderet rapi memanjang dari barat ke timur. Setiap rumah menghadap ke utara atau selatan. Setiap rumah harus terbuat dari kayu, dengan dinding dari anyaman bambu, beratap ijuk atau daun nipah, dan dikapur dengan warna putih.
Perabotan rumah tangga semacam kursi dan meja tidak diperkenankan, apalagi peralatan elektronik seperti televisi, radio dan sebagainya. Bahkan mereka menolak pemasangan listrik di kampung mereka.
Di depan rumah biasanya terdapat semacam teras atau serambi kecil yang digunakan untuk melakukan aktivitas dan berinteraksi dengan sesama penduduk. Ketika saya datang, saya melihat sekelompok warga sedang memilah-milah semacam tanaman akar (herbal) yang diambil dari kebun.
Saya tidak mengetahui secara pasti akar apa yang mereka ambil, karena mereka berbicara dalam bahasa Sunda yang saya sama sekali tidak mengerti. Saya hanya mengira-ira saja apa arti dari jawaban mereka ketika saya tanya.
memilah akar tanaman obat
memilah akar tanaman obat
Tanah liat dengan batu-batu yang disusun sedemikian rupa menjadi jalan dan tangga memberikan pengalaman menyusuri kampung menjadi lebih menarik. Menyelip di antara gang-gang sempit sembari menikmati kesunyian yang ditemani suara tongeret begitu menenangkan.
Mereka sepertinya sudah terbiasa dengan para wisatawan, sehingga mereka cenderung cuek dan tetap menjalani kehidupan seperti biasa ketika ada wisatawan yang berlalu-lalang di sekitarnya.
Menginap di kampung ini pun bisa, namun kita harus siap dengan segala konsekuensi, misalnya ketiadaan perabotan dan listrik yang biasanya menjadi keseharian kita plus kita harus mematuhi aturan dan pantangan yang berlaku.
Di setiap rumah tidak terdapat kamar mandi. Aktivitas MCK dilakukan di pemandian umum yang terdapat di bagian depan kampung yang dekat dengan sungai. Terdapat kolam-kolam di sekitar pemandian yang digunakan untuk beternak ikan. Kandang-kandang kambing dan sapi juga berada di depan sehingga tidak mengganggu perkampungan.
Di bagian paling atas terdapat sebuah lapangan dan masjid agung. Terdapat sebuah bedug unik yang terbuat dari sebatang kayu yang dilubangi tengahnya.
Masjid Agung Kampung Naga
Masjid Agung Kampung Naga
Selain dari pertanian, penduduk Kampung Naga juga membuat kerajinan anyam-anyaman dari akar-akar dan bambu untuk dijual. Banyak sekali produknya, antara lain tas, topi, gelang-gelang, kalung, hingga sandal.
Suvenir khas ini dijual di beberapa rumah dan bisa ditemukan di kios-kios suvenir di pelataran parkir. Saya tertarik dengan sebuah tas anyam-anyaman dari akar. Saya pun membelinya dengan harga 35 ribu rupiah di sebuah kios di samping masjid. Dengan membeli suvenir ini saya berharap bisa membantu ekonomi masyarakat lokal.
Suvenir kerajinan Kampung Naga
Suvenir kerajinan Kampung Naga
Di beberapa sudut saya melihat anak-anak sedang bermain dengan riang dengan menggunakan bola. Sementara di sudut lain saya melihat beberapa anak sedang belajar di teras rumah.
Karena tata letak rumah yang berundak di kaki lembah, saya sering menemukan ayam-ayam peliharaan penduduk sedang asyik nongkrong di atap rumah. Kandang-kandang ayam biasanya diletakkan di bagian bawah rumah.
Puas menikmati suasana, saya pun meninggalkan kampung ini. Saya dengan susah payah dan terengah-engah melahap tanjakan curam.
Penduduk yang dengan santai meniti sengked (anak tangga) terlihat senyum-senyum melihat tampang saya yang kelelahan ketika beristirahat sejenak.
Foto-foto lain bisa dilihat di halaman Flickr saya.

Kamis, 02 Desember 2010

Kampung Naga Tasikmalaya

Indotoplist.com : Kampung Naga merupakan perkampungan tradisional dengan luas areal kurang lebih 4 ha. Lokasi obyek wisata Kampung Naga terletak pada ruas jalan raya yang menghubungkan Tasikmalaya - Bandung melalui Garut, yaitu kurang lebih pada kilometer ke 30 ke arah Barat kota Tasikmalaya.
Kampung Naga Tasikmalaya
Kampung Naga  dihuni oleh sekelompok masyarakat yang sangat kuat dalam memegang adat istiadat peninggalan Ieluhumya. Hal ini akan terlihat jelas perbedaannya bila dibandingkan dengan masyarakat lain di luar Kampung Naga. Masyarakat Kampung Naga hidup pada suatu tatanan yang dikondisikan dalam suasana kesahajaan dan lingkungan kearifan tradisional yang lekat.

Secara administratif Kampung Naga termasuk kampung Legok Dage Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya.

Jarak tempuh dari Kota Tasikmalaya ke Kampung Naga kurang lebih 30 kilometer, sedangkan dari Kota Garut jaraknya 26 kilometer.

Untuk menuju Kampung Naga dari arah jalan raya Garut-Tasikmalaya harus menuruni tangga yang sudah ditembok (Sunda sengked) sampai ke tepi sungai Ciwulan dengan kemiringan sekitar 45 derajat dengan jarak kira-kira 500 meter. Kemudian melalui jalan setapak menyusuri sungai Ciwulan sampai ke dalam Kampung Naga. Menurut data dari Desa Neglasari, bentuk permukaan tanah di Kampung Naga berupa perbukitan dengan produktivitas tanah bisa dikatakan subur.

Luas tanah Kampung Naga yang ada seluas satu hektar setengah, sebagian besar digunakan untuk perumahan, pekarangan, kolam, dan selebihnya digunakan untuk pertanian sawah yang dipanen satu tahun dua kali.

Daya tarik obyek wisata Kampung Naga terletak pada kehidupan yang unik dari komunitas yang terletak di Kampung Naga tersebut. Kehidupan mereka dapat berbaur dengan masyrakat modern, beragama Islam, tetapi masih kuat memlihara Adat Istiadat leluhurnya. Seperti berbagai upacara adat, upacara hari-hari besr Islam misalnya Upacara bulan Mulud atau Alif dengan melaksanakan Pedaran (pembacaan Sejarah Nenek Moyang) Proses ini dimulai dengan mandi di Sungai Ciwulan dan Wisatawan boleh mengikuti acara tersebut dengan syarat harus patuh pada aturan disana.

Bentuk bangunan di Kampung Naga sama baik rumah, mesjid, patemon (balai pertemuan) dan lumbung padi. Atapnya terbuat dari daun rumbia, daun kelapa, atau injuk sebagi penutup bumbungan. Dinding rumah dan bangunan lainnya, terbuat dari anyaman bambu (bilik). Sementara itu pintu bangunan terbuat dari serat rotan dan semua bangunan menghadap Utara atau Selatan. Selain itu tumpukan batu yang tersusun rapi dengan tata letak dan bahan alami merupakan ciri khas gara arsitektur dan ornamen Perkampungan Naga.

Obyek wisata ini merupakan salah satu obyek wisata budaya di Tasikmlaya Wisatawan biasanya memiliki minat khusus yaitu ingin mengetahui dan membuktikan secara nyata keadaan tesebut. Pengembangan obyek wisata Kampung Naga termasuk dalam jangkuan pengembangan jangka pendek.
Kampung Naga TasikmalayaKampung Naga Tasikmalaya
Sejarah/asal usul Kampung Naga menurut salah satu versi nya bermula pada masa kewalian Syeh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, seorang abdinya yang bernama Singaparana ditugasi untuk menyebarkan agama Islam ke sebelah Barat. Kemudian ia sampai ke daerah Neglasari yang sekarang menjadi Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Di tempat tersebut, Singaparana oleh masyarakat Kampung Naga disebut Sembah Dalem Singaparana. Suatu hari ia mendapat ilapat atau petunjuk harus bersemedi. Dalam persemediannya Singaparana mendapat petunjuk, bahwa ia harus mendiami satu tempat yang sekarang disebut Kampung Naga.
Kampung Naga Tasikmalaya
Nenek moyang Kampung Naga yang paling berpengaruh dan berperan bagi masyarakat Kampung Naga "Sa Naga" yaitu Eyang Singaparana atau Sembah Dalem Singaparana yang disebut lagi dengan Eyang Galunggung, dimakamkan di sebelah Barat Kampung Naga. Makam ini dianggap oleh masyarakat Kampung Naga sebagai makam keramat yang selalu diziarahi pada saat diadakan upacara adat bagi semua keturunannya.

Namun kapan Eyang Singaparana meninggal, tidak diperoleh data yang pasti bahkan tidak seorang pun warga Kampung Naga yang mengetahuinya. Menurut kepercayaan yang mereka warisi secara turun temurun, nenek moyang masyarakat Kampung Naga tidak meninggal dunia melainkan raib tanpa meninggalkan jasad. Dan di tempat itulah masyarakat Kampung Naga menganggapnya sebagai makam, dengan memberikan tanda atau petunjuk kepada keturunan Masyarakat Kampung Naga.

Ada sejumlah nama para leluhur masyarakat Kampung Naga yang dihormati seperti: Pangeran Kudratullah, dimakamkan di Gadog Kabupaten Garut, seorang yang dipandang sangat menguasai pengetahuan Agama Islam. Raden Kagok Katalayah Nu Lencing Sang Seda Sakti, dimakamkan di Taraju, Kabupaten Tasikmalaya yang mengusai ilmu kekebalan "kewedukan". Ratu Ineng Kudratullah atau disebut Eyang Mudik Batara Karang, dimakamkan di Karangnunggal, Kabupaten Tasikmalaya, menguasai ilmu kekuatan fisik "kabedasan". Pangeran Mangkubawang, dimakamkan di Mataram Yogyakarta menguasai ilmu kepandaian yang bersifat kedunawian atau kekayaan. Sunan Gunungjati Kalijaga, dimakamkan di Cirebon menguasai ilmu pengetahuan mengenai bidang pertanian.

Minggu, 21 November 2010

Definisi, Wujud dan Unsur Kebudayaan

Definisi Kebudayaan
Menurut Koentjaraningrat (2000:181) kebudayaan dengan kata dasar budaya berasal dari bahasa sangsakerta ”buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Jadi Koentjaraningrat, mendefinisikan budaya sebagai “daya budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa itu.
Koentjaraningrat juga menerangkan bahwa pada dasarnya banyak sarjana yang membedakan antara budaya dan kebudayaan, dimana budaya merupakan perkembangan majemuk budi daya, yang berati daya dari budi. Namun, pada kajian Antropologi, budaya dianggap merupakan singkatan dari kebudayaan, tidak ada perbedaan dari definsi.

Jadi, kebudayaan atau disingkat “budaya”, menurut Koentjaraningrat  merupakan “keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.”
Lalu, dilain pihak Clifford Geertz mengatakan bahwa kebudayaan merupakan sistem mengenai konsepsi-konsepsi yang diwariskan dalam bentuk simbolik, yang dengan cara ini manusia dapat berkomunikasi, melestarikan, dan mengembangkan pengetahuan dan sikapnya terhadap kehidupan. (Abdullah, 2006:1)
Lebih sepesifik lagi, E. B Taylor, dalam bukunya “Primitive Cultures”, mengartikan kebudayaan sebagai keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.” (Setiadi, 2007:27)
Dari berbagai definisi diatas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa kebudayaan atau budaya merupakan sebuah sistem, dimana sistem itu terbentuk dari perilaku, baik itu perilaku badan maupun pikiran. Dan hal ini berkaitan erat dengan adanya gerak dari masyarakat, dimana pergerakan yang dinamis dan dalam kurun waktu tertentu akan menghasilkan sebuah tatanan ataupun sistem tersendiri dalam kumpulan masyarakat.
Wujud Kebudayaan
J. J Honigmann (dalam Koenjtaraningrat, 2000) membedakan adanya tiga ‘gejala kebudayaan’ : yaitu : (1) ideas, (2) activities, dan (3) artifact, dan ini diperjelas oleh Koenjtaraningrat yang mengistilahkannya dengan tiga wujud kebudayaan :
  1. Wujud kebudayaan sebagai suatu yang kompleks dari ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
  2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat
  3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Mengenai wujud kebudayaan ini, Elly M.Setiadi dkk dalam Buku Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (2007:29-30) memberikan penjelasannya sebagai berikut :
1. Wujud Ide
Wujud tersebut menunjukann wujud ide dari kebudayaan, sifatnya abstrak, tak dapat diraba, dipegang ataupun difoto, dan tempatnya ada di alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup.
Budaya ideal mempunyai fungsi mengatur, mengendalikan, dan memberi arah kepada tindakan, kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat sebagai sopan santun. Kebudayaan ideal ini bisa juga disebut adat istiadat.
2.  Wujud perilaku
Wujud tersebut dinamakan sistem sosial, karena menyangkut tindakan dan kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Wujud ini bisa diobservasi, difoto dan didokumentasikan karena dalam sistem ssosial ini terdapat aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi dan berhubungan serta bergaul satu dengan lainnya dalam masyarakat. Bersifat konkret dalam wujud perilaku dan bahasa.
3. Wujud Artefak
Wujud ini disebut juga kebudayaan fisik, dimana seluruhnya merupakan hasil fisik. Sifatnya paling konkret dan bisa diraba, dilihat dan didokumentasikan. Contohnya : candi, bangunan, baju, kain komputer dll.
Unsur Kebudayaan
Mengenai unsur kebudayaan, dalam bukunya pengantar Ilmu Antropologi, Koenjtaraningrat, mengambil sari dari berbagai kerangka yang disusun para sarjana Antropologi, mengemukakan bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia yang kemudian disebut unsur-unsur kebudayaan universal, antaralain :
  1. Bahasa
  2. Sistem Pengetahuan
  3. Organisasi Sosial
  4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
  5. Sistem Mata Pencaharian
  6. Sistem Religi
  7. Kesenian

Sumber Pustaka :
  • Abdullah, Prof. Dr Irwan. 2006. Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
  • Koentjaraningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Radar Jaya Offset.
  • Setiadi, Elly M, dkk. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Kencana.

Mengenal & Memahami 7 Unsur Kebudayaan

Ketika kita melakukan kunjungan ke luar daerah, ke luar kota, bahkan sampai ke luar negeri, kita akan selalu menemukan tujuh aspek budaya dalam masyarakat yang kita kunjungi tersebut, yaitu:
(1) sistem bahasa,
(2) sistem peralatan hidup dan teknologi,
(3) sistem ekonomi dan mata pencaharian hidup,
(4) sistem kemasyarakatan dan organisasi sosial,
(5) ilmu pengetahuan,
(6) kesenian,
(7) dan sistem kepercayaan atau agama.
Ketujuh hal ini, oleh Clyde Kluckhohn dalam bukunya yang berjudul Universal Catagories of Culture (dalam Gazalba, 1989: 10), disebut sebagai tujuh unsur kebudayaan yang bersifat universal (cultural universals).
Artinya, ketujuh unsur ini akan selalu kita temukan dalam setiap kebudayaan atau masyarakat di dunia. Unsur-unsur ini merupakan perwujudan usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup dan memelihara eksistensi diri dan kelompoknya.
Cultural Activity 
Untuk kepentingan ilmiah dan memudahkan identifikasi, para sarjana membagi ketujuh unsur kebudayaan universal tersebut ke alam unsur-unsur kebudayaan yang lebih kecil. Ralph Linton misalnya, ia membagi cultural universal tersebut ke dalam sub-sub tertentu yang disebut cultural activity atau kegiatan budaya.
Pada sistem bahasa, kegiatan budayanya mencakup bahasa lisan dan tulisan. Pada sistem peralatan hidup dan teknologi—baik modern maupun tradisional, tercakup alat-alat rumah tangga, perumahan, senjata, teknologi komunikasi, dan banyak lagi.
Pada sistem ekonomi dan mata pencaharian hidup, kegiatan budayanya mencakup pertanian, peternakan, sistem produksi, perbankan, dan sebagainya.
Pada sistem kemasyarakatan, kegiatan budayanya meliputi tata kekerabatan, organisasi kemasyarakatan, organisasi politik, tata hukum, perkawinan, dan lainnya.
Pada sistem kesenian, bagian-bagian kecil semacam seni tari, seni musik, seni suara, seni pahat, dan seni lukis, termasuk ke dalam kegiatan budayanya. Adapun pada sistem keagamaan, kegiatan budayanya mencakup ritual ibadah, kitab suci, dan lainnya.
Traits Compleks
Selanjutnya, kegiatan-kegiatan budaya dipecah-pecah lagi ke dalam bagian yang lebih kecil yang disebut traits complex. Misalnya, kegiatan yang terkait bahasa tulisan—sebagai bagian dari bahasa—meliputi penerbitan buku, media cetak atau surat kabar, internet, dan sebagainya.
Traits compleks berupa surat kabar dapat dipecah-pecah lagi ke dalam bagian lebih kecil yang disebut traits, seperti koran, majalah, buletin, majalah dinding, jurnal, newsletter, dan sebagainya. Traits ini pada kenyataannya terbagi lagi menjadi item, sebagai unsur kebudayaan terkecil.
Kita ambil majalah sebagai contoh. Majalah terdiri dari bagian-bagian lebih kecil yang bergabung menjadi sebuah kesatuan, semisal cover, rubrik, iklan, reportase, wawancara, layout, dan sebagainya.
Walaupun demikian, setiap unsur dari majalah tersebut dapat dilepaskan dari kesatuan tersebut. Apabila satu atau beberapa unsur majalah dilepaskan, fungsi majalah sebagai media komunikasi tidak dapat berfungsi secara optimal.
Pada hakikatnya, setiap unsur kebudayaan yang kehilangan nilai kegunaan, unsur kebudayaan tersebut perlahan-lahan akan hilang. Dengan demikian, setiap unsur kebudayaan senantiasa memiliki kegunaan dan manfaat tertentu dalam kebudayaan secara keseluruhan.
Selain itu, dengan adanya pembagian semacam ini, semakin nyata di hadapan kita bahwa kebudayaan meliputi seluruh segi kehidupan manusia. Ia mencakup ruang dan waktu yang sangat luas; mulai dari rumah sampai negara; berlangsung sejak lahir sampai mati.

Pengertian Kebudayaan Menurut Beberapa Ahli

1. Edward B. Taylor
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adapt istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat.
2. M. Jacobs dan B.J. Stern
Kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi social, ideologi, religi, dan kesenian serta benda, yang kesemuanya merupakan warisan social.
3. Koentjaraningrat
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan relajar.

4. Dr. K. Kupper
Kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi pedoman dan pengarah bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku, baik secara individu maupun kelompok.
5. William H. Haviland
Kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat di tarima ole semua masyarakat.
6. Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
7. Francis Merill
  • Pola-pola perilaku yang di hasilkan oleh interaksi social
  • Semua perilaku dan semua produk yang dihasilkan oleh sesorang sebagai anggota suatu masyarakat yang di temukan melalui interaksi simbolis.
8. Bounded et.al
Kebudayaan adalah sesuatu yang terbentuk oleh pengembangan dan transmisi dari kepercayaan manusia melalui simbol-simbol tertentu, misalnya simbol bahasa sebagai rangkaian simbol yang digunakan untuk mengalihkan keyakinan budaya di antara para anggota suatu masyarakat. Pesan-pesan tentang kebudayaan yang di harapkan dapat di temukan di dalam media, pemerintahan, intitusi agama, sistem pendidikan dan semacam itu.
9. Mitchell (Dictionary of Soriblogy)
Kebudayaan adalah sebagian perulangan keseluruhan tindakan atau aktivitas manusia dan produk yang dihasilkan manusia yang telah memasyarakat secara sosial dan bukan sekedar di alihkan secara genetikal.
10. Robert H Lowie
Kebudayaan adalah segala sesuatu yang di peroleh individu dari masyarakat, mencakup kepercayaan, adat istiadat, norma-norma artistic, kebiasaan makan, keahlian yang di peroleh bukan dari kreatifitasnya sendiri melainkan merupakan warisan masa lampau yang di dapat melalui pendidikan formal atau informal.
11. Arkeolog R. Seokmono
Kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia, baik berupa benda ataupun hanya berupa buah pikiran dan dalam penghidupan.
Kesimpulan
Dari berbagai definisi di atas, dapat diperoleh kesimpulan mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide gagasan yang terdapat di dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi social, religi seni dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Sekilas Budaya Bali

SEJARAH
Bali berasal dari kata “Bal” dalam bahasa Sansekerta berarti "Kekuatan", dan "Bali" berarti "Pengorbanan" yang berarti supaya kita tidak melupakan kekuatan kita. Supaya kita selalu siap untuk berkorban. Bali mempunyai 2 pahlawan nasional yang sangat berperan dalam mempertahankan daerahnya yaitu I Gusti Ngurah Rai dan I Gusti Ketut Jelantik.

DESKRIPSI LOKASI
Pulau Bali adalah bagian dari Kepulauan Sunda Kecil yang beribu kota Denpasar. Tempat-tempat penting lainnya adalah Ubud sebagai pusat seni terletak di Kabupaten Gianyar, sedangkan Kuta, Sanur, Seminyak, dan Nusa Dua adalah beberapa tempat yang menjadi tempat tujuan pariwisata, baik wisata pantai maupun tempat peristirahatan. Suku bangsa Bali dibagi menjadi 2 yaitu: Bali Aga (penduduk asli Bali biasa tinggal di daerah trunyan), dan Bali Mojopahit (Bali Hindu / keturunan Bali Mojopahit).

UNSUR – UNSUR BUDAYA

A. BAHASA
Bali sebagian besar menggunakan bahasa Bali dan bahasa Indonesia, sebagian besar masyarakat Bali adalah bilingual atau bahkan trilingual. Bahasa Inggris adalah bahasa ketiga dan bahasa asing utama bagi masyarakat Bali yang dipengaruhi oleh kebutuhan industri pariwisata. Bahasa Bali di bagi menjadi 2 yaitu, bahasa Aga yaitu bahasa Bali yang pengucapannya lebih kasar, dan bahasa Bali Mojopahit.yaitu bahasa yang pengucapannya lebih halus.

B. PENGETAHUAN
Banjar atau bisa disebut sebagai desa adalah suatu bentuk kesatuan-kesatuan social yang didasarkan atas kesatuan wilayah. Kesatuan social tersebut diperkuat oleh kesatuan adat dan upacara keagamaan. Banjar dikepalahi oleh klian banjar yang bertugas sebagai menyangkut segala urusan dalam lapangan kehidupan sosial dan keagamaan,tetapi sering kali juga harus memecahkan soal-soal yang mencakup hukum adat tanah, dan hal-hal yang sifatnya administrasi pemerintahan.

C. TEKNOLOGI
Masyarakat Bali telah mengenal dan berkembang system pengairan yaitu system subak yang mengatur pengairan dan penanaman di sawah-sawah. Dan mereka juga sudah mengenal arsitektur yang mengatur tata letak ruangan dan bangunan yang menyerupai bangunan Feng Shui. Arsitektur merupakan ungkapan perlambang komunikatif dan edukatif. Bali juga memiliki senjata tradisional yaitu salah satunya keris. Selain untuk membela diri, menurut kepercayaan bila keris pusaka direndam dalam air putih dapat menyembuhkan orang yang terkena gigitan binatang berbisa.

D. ORGANISASI SOSIAL
a). Perkawinan
Penarikan garis keturunan dalam masyarakat Bali adalah mengarah pada patrilineal. System kasta sangat mempengaruhi proses berlangsungnya suatu perkawinan, karena seorang wanita yang kastanya lebih tinggi kawin dengan pria yang kastanya lebih rendah tidak dibenarkan karena terjadi suatu penyimpangan, yaitu akan membuat malu keluarga dan menjatuhkan gengsi seluruh kasta dari anak wanita.
Di beberapa daerah Bali ( tidak semua daerah ), berlaku pula adat penyerahan mas kawin ( petuku luh), tetapi sekarang ini terutama diantara keluarga orang-orang terpelajar, sudah menghilang.
b). Kekerabatan
Adat menetap diBali sesudah menikah mempengaruhi pergaulan kekerabatan dalam suatu masyarakat. Ada macam 2 adat menetap yang sering berlaku diBali yaitu adat virilokal adalah adat yang membenarkan pengantin baru menetap disekitar pusat kediaman kaum kerabat suami,dan adat neolokal adalah adat yang menentukan pengantin baru tinggal sendiri ditempat kediaman yang baru. Di Bali ada 3 kelompok klen utama (triwangsa) yaitu: Brahmana sebagai pemimpin upacara, Ksatria yaitu : kelompok-klompok khusus seperti arya Kepakisan dan Jaba yaitu sebagai pemimpin keagamaan.
c). Kemasyarakatan
Desa, suatu kesatuan hidup komunitas masyarakat bali mencakup pada 2 pengertian yaitu : desa adat dan desa dinas (administratif). Keduanya merupakan suatu kesatuan wilayah dalam hubungannya dengan keagamaan atau pun adat istiadat, sedangkan desa dinas adalah kesatuan admistratif. Kegiatan desa adat terpusat pada bidang upacara adat dan keagamaan, sedangkan desa dinas terpusat pada bidang administrasi, pemerintahan dan pembangunan.

E. MATA PENCAHARIAN
Pada umumnya masyarakat bali bermata pencaharian mayoritas bercocok tanam, pada dataran yang curah hujannya yang cukup baik, pertenakan terutama sapi dan babi sebagai usaha penting dalam masyarakat pedesaan di Bali, baik perikanan darat maupun laut yang merupakan mata pecaharian sambilan, kerajinan meliputi kerajinan pembuatan benda anyaman, patung, kain, ukir-ukiran, percetakaan, pabrik kopi, pabrik rokok, dll. Usaha dalam bidang ini untuk memberikan lapangan pekerjaan pada penduduk. Karena banyak wisatawan yang mengunjungi bali maka timbullah usaha perhotelan, travel, toko kerajinan tangan.

F. RELIGI
Agama yang di anut oleh sebagian orang Bali adalah agama Hindu sekitar 95%, dari jumlah penduduk Bali, sedangkan sisanya 5% adalah penganut agama Islam, Kristen, Katholik, Budha, dan Kong Hu Cu. Tujuan hidup ajaran Hindu adalah untuk mencapai keseimbangan dan kedamaian hidup lahir dan batin.orang Hindu percaya adanya 1 Tuhan dalam bentuk konsep Trimurti, yaitu wujud Brahmana (sang pencipta), wujud Wisnu (sang pelindung dan pemelihara), serta wujud Siwa (sang perusak). Tempat beribadah dibali disebut pura. Tempat-tempat pemujaan leluhur disebut sangga. Kitab suci agama Hindu adalah weda yang berasal dari India.

Orang yang meninggal dunia pada orang Hindu diadakan upacara Ngaben yang dianggap sanggat penting untuk membebaskan arwah orang yang telah meninggal dunia dari ikatan-ikatan duniawinya menuju surga. Ngaben itu sendiri adalah upacara pembakaran mayat. Hari raya umat agama hindu adalah Nyepi yang pelaksanaannya pada perayaan tahun baru saka pada tanggal 1 dari bulan 10 (kedasa), selain itu ada juga hari raya galungan, kuningan, saras wati, tumpek landep, tumpek uduh, dan siwa ratri.

Pedoman dalam ajaran agama Hindu yakni : (1).tattwa (filsafat agama), (2). Etika (susila), (3).Upacara (yadnya). Dibali ada 5 macam upacara (panca yadnya), yaitu (1). Manusia Yadnya yaitu upacara masa kehamilan sampai masa dewasa. (2). Pitra Yadnya yaitu upacara yang ditujukan kepada roh-roh leluhur. (3).Dewa Yadnya yaitu upacara yang diadakan di pura / kuil keluarga.(4).Rsi yadnya yaituupacara dalam rangka pelantikan seorang pendeta. (5). Bhuta yadnya yaitu upacara untuk roh-roh halus disekitar manusia yang mengganggu manusia.

G. KESENIAN
Kebudayaan kesenian di bali di golongkan 3 golongan utama yaitu seni rupa misalnya seni lukis, seni patung, seni arsistektur, seni pertunjukan misalnya seni tari, seni sastra, seni drama, seni musik, dan seni audiovisual misalnya seni video dan film.

NILAI-NILAI BUDAYA
1. Tata krama : kebiasaan sopan santun yang di sepakati dalam lingkungan pergaulan antar manusia di dalam kelompoknya.
2. Nguopin : gotong royong.
3. Ngayah atau ngayang : kerja bakti untuk keperluan agama.
4. Sopan santun : adat hubungan dalam sopan pergaulan terhadap orang-orang yang berbeda sex.

ASPEK PEMBANGUNAN
Di Bali jenis mata pencahariannya adalah bertani disawah. Mata pencaharian pokok tersebut mulai bergeser pada jenis mata pencaharian non pertanian. Pergeseran ini terjadi karena bahwa pada saat sekarang dengan berkembangnya industri pariwisata di daerah Bali, maka mereka menganggap mulai berkembanglah pula terutama dalam mata pencaharian penduduknya.

Sehingga kebanyakan orang menjual lahannya untuk industri pariwisata yang dirasakan lebih besar dan lebih cepat dinikmati. Pendapatan yang diperoleh saat ini kebanyakan dari mata pencaharian non pertanian, seperti : tukang, sopir, industri, dan kerajinan rumah tangga. Industri kerajinan rumah tangga seperti memimpin usaha selip tepung, selip kelapa, penyosohan beras, usaha bordir atau jahit menjahit.

DAFTAR PUSTAKA
  • Swarsi, Si Luh;1986;Kedudukan Dan Peranan Wanita Pedesaan Daerah Bali;Jakarta: Departeman Pendidikan Dan Kebudayaan
  • Dhana, I Nyoman;1994;Pembinaan Budaya Dalam Keluarga Daerah Bali;Bali: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan

Struktur Sosial Masyarakat Bali dan Penerapannya Dalam Kehidupan Bermasyarakat

Pendahuluan
Membicarakan system kasta yang ada di Bali tidak terlepas dari sejarah dan perkembangan kebudayaan di India. Sejarah India terdiri dari beberapa fase yang batas-batas pembagian fase tersebut tidak dapat digariskan dengan jelas.
Ada tiga bagian besar dalam pembagian sejarah tersebut.
ZAMAN WEDA
Zaman ini ditandai dengan masuknya bangsa Arya di pegunungan Punjab sampai timbulnya agama Buddha kira-kira pada tahun 1500 B.C (Before Christ). Menurut pertumbuhan kitab-kitab yang dijadikan sumber keagamaan dibagi menjadi :
  • Zaman Weda purba. Zaman weda Purba dimulai kira-kira tahun 1500-1000 BC. Pada zaman ini bangsa Arya masih berada di pegunungan Punyab. Disini terdapat penyesuaian dengan peradapan India purba.
  • Zaman Brahmana. Mulai kira-kira tahun 1000-250 BC. Pada zaman ini para imam yaitu Brahmana sangat berkuasa dan dan munculnya kitab-kitab yang berlainan sekali sifatnya dengan kitab-kitab Weda. Bangsa Arya sudah menyesuaikan diri dengan peradapan India.
Masih ada lagi beberapa zaman sesudah itu yaitu zaman agama Buddha, zaman agama Hindu seperti dikenal orang sekarang. System kasta muncul pada zaman Brahmana.
ZAMAN BRAHMANA
Zaman ini ditandai dengan Kitab Brahmana yang merupakan bagian dari Weda yang berisi peraturan-peraturan dan kewajiban-kewajiban keagamaan. Kata Brahmana berasal dari kata Brahman yang berarti doa, yaitu ucapan-ucapan sakti yang diucapakan oleh para Imam atau para Brahmana pada waktu mereka berkorban. Maka kKitab Brahmana adalah Kitab yang menyimpan ucapan-ucapan sakti itu.
Pada zaman ini peranan korban para Imam sangat penting. Perhatian dipusatkan pada korban. Sedemikiannya penting korban itu maka seluruh masyarakat dan seluruh segi kehidupannya tunduk pada keadaan ini.
Bersamaan dengan pentingnya arti korban, kedudukan para Imam yang melayani korban, maka masyarakat sangat bergantung kepada para Imam itu. Pada zaman inilah muncul cerita-cerita dalam bentuk mitos yang menceritakan asal mula para Imam atau para Brahmana. Pada zaman ini pula terjadi pembagian masyarakat dalam empat kasta yaitu : Brahmana (para Imam), kasta yang tertingi, kasta kesatria (para pemegang pemerintahan), kasta waisya (para pekerja), dan kasta sudra ( rakyat jelata dan budak-budak). Asal mula kasta-kasta ini tidak jelas.
Menurut Kitab Reg Weda disebutkan bahwa kasta ini timbul dari anggota tubuh Purusa,pencipta dunia. Mulutnya menjadi kasta Brahmana. Kedua tangannya menjadi kasta kesatria, pahanya menjadi Waisya, dan kakinya menjadi kasta sudra.
SOSIALISASI DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT
Walupun tidak begitu jelas asal mulanya tentang system kasta ini di masyarakat Bali masih tetap dilestarikan. Masyarakat tetap menghargai dan menghormati orang-orang yang berkasta lebih tinggi. Yang berkasta lebih tinggi juga menghargai orang-orang yang berkasta lebih rendah.
Mengenai jabatan dimasyarakat dan pemerintah system ini sudah mulai bergeser. Orang-orang yang memegang jabatan dipemerintahan sekarang tidak harus orang-orang kesatria.  Apalagi di alam demokrasi dan masyarakat yang semakin maju, bukanlah kasta yang menentukan tetapi kemampuan seseorang untuk memegang jabatan tertentu.
Pergeseran atau jabatan di masyarakat dan pemerintahan tidak menjadi masalah yang penting orang yang memegang jabatan itu mampu. Dengan adanya pergeseran ini sebenarnya masyarakat akan semakin maju,semakin cepat mengikuti perkembangan dunia yang ada disekitar kita, sehingga masyarakat tidak ketinggalan.
Dalam pergeseran-pergeseran ini  yang tidak dikatahui dengan pasti adalah apakah seorang Imam yang dipegang oleh orang Brahmana dapat dijabat atau dipegang oleh seorang yang bukan dari dari kasta Brahmana.
Kesimpulan
Dalam masyarakat adat Bali yang berada di pulau Bali memang masih memegang adat dan tradisi dari leluhur hanya saja sudah tidak begitu mengikat. Untuk masyarakat Bali yang ada di perantauan atau yang sudah tidak lagi berada di pulau Bali adat dan tradisi ini sudah tidak begitu dipakai lagi. Ini berkaitan erat dengan lingkungan pergaulan social mereka sehari-hari yang tidak hanya bertemu dan bergaul dengan sesama orang dari suku Bali. Bahkan yang ada di pulau Sulawesi sudah ada yang menikah dengan orang dari suku di Sulawesi.
Jadi adat istiadat tiap suku bangsa itu perlu tetap dijaga dan dilestarikan, hanya saja harus disesuaikan dengan kemajuan zaman dan lingkungan tempat kita hidup dan bergaul atau lingkungan social tempat kita hidup.

Senin, 13 September 2010

Pidato Politik Liem Koen Hian: Darah Tionghoa

Pidato ini ditulis dalam bahasa aslinya saat majalah tersebut diterbitkan tahun 1929


Tatkala tiga taon doeloe kita oetaraken haloean Indonesier boeat Tionghoa peranakan, kita telah dapet matjem² bantahan, djoega dan kebanjakan dari orang² jang sebetoelnja tida berhak boeat toeroet batjaraken itoe hal, dari sebab mereka terlaloe tida poenja pengetahoean boeat boleh toeroet bitjaraken soal² itoe. Terlaloe banjak alesan² bodoh dan menoendjoeken tida adanja pengetahoean, telah dimadjoeken oleh mereka, jang maoenja dianggep sebage pendekar dan pembela dari bangsa Tionghoa di Indonesia jang lagi maoe di bikin tjilaka.
Oepamanja antara laen² ada orang jang bilang, kaloe peranakan djadi Indonesier, mareka aken moesti anoet djoega igama Islam. Terpisah dari pertanjaan apa tida lebih baek peranakan peloek igama Islam sebaliknja dari pada seperti sekarang tida poenja igama sama sekali atawa tida karoean igamanja.
Terpisah dari itoe pertanjaan, haroeslah dibilang, sekarang boekan lagi waktoenja boeat satoe negri paksa rahajatnja, sekalipoen ambtenaar² tida lagi dipaksa peloek igama jang disoeka oleh negri atawa pemerentah. Sekarang di mana-mana negri pemerentah tinggal neutral dalem oeroesan igama, mengertinja tida toeroet menjataken lebih soeka sama igama jang ini dari pada jang laen.
Tapi lebih penting dari pada sekalian pertimbangan laen, adalah halnja di Tiongkok sendiri, antara bangsa Tionghoa sendiri ada millioenan orang jang peloek igama Islam. Orang² itoe telah mendjabat pangkat tinggi di Tiongkok.
Melaenken orang² jang tida taoe mata soerat dan tida taoe batja hikajat Tiongkok, baroelah bisa madjoeken kebratan seperti jang ditjeritaken diatas dan merasa sajang kaloe peranakan disini peloek igama Islam.
Apalagi jang dalem gelapnja menoendjoeken pada „darah Tionghoa” dalem toeboehnja peranakan dan tida maoe itoe darah ketjampoeran sama laen darah, kaja itoe darah jang dinamaken „darah Tionghoa” tida soedah riboean taon ketjampoeran setaoe beberapa banjak matjem darah laen.
Tiap² bangsa jang dari riboean taon bergaoelan dalem tempo dami dan dalem tempo perang, sama laen² bangsa, nistjaja tida mempoenjai darah toelen lagi, nistjaja mempoenjai darah tjampoeran.
Boleh dibilang sekarang ampir tida ada lagi bangsa jang mempoenjai darah toelen. Kaloe ada bangsa jang darahnja toelen, belon terjampoer sama darah laen bangsa, barangkali jalah bangsa² jang sekarang dinamaken biadab, seperti bangsa Papoea di tengah-tengahnja Nieuw Guinea, bangsa liar di Australia dan laen sebagenja.
Aken tetapi ini bangsa² jang berdarah toelen makin lama makin habis mati, hingga dalem ini doenia tida ada ketinggalan laen dari pada bangsa² darah tjampoeran setaoe dari berapa matjem bangsa.
Ada baek jang sekarang satoe soerat-kabar nationalistisch seperti „Sin Po” toeroet bikin melek mata pembatjanja boeat liat itoe kebeneran jang apa di namaken „darah Tionghoa” sebenernja ada darah tjampoeran dari setaoe berapa matjem bangsa.
„Sin Po” menoendjoek pada boekoe karangan Dr. Chi Li jang diterbitken di Harvard, Amerika, jaitoe boekoe pertama jang ditoelis oleh seorang Tionghoa tentang keadaan bangsa Tionghoa dalem pemandengan anthropological.
Dr. Chi Li oendjoeken, pertjampoeran darah bangsa Tionghoa soedah terdjadi ampir sama dengen pertjampoeran darah bangsa² di Europa.
Lantaran tjampoer adoek, tida poen heran orang Tionghoa ada dari segala matjem model, potongan dan warna.

Senin, 23 Agustus 2010

Yuk Qta Intinp Kantor GOOGLE !

Bagaimanakah bentuk ruangan dan suasana kerja di dalam kantor Google, sang penguasa dunia maya ini? Yuk kita ngintip bersama-sama ….
kantor google
kantor google
kantor google
kantor google
kantor google
kantor google
kantor google
kantor google
kantor google
kantor google
kantor google
Jika anda melihat foto-foto diatas, memang beginilah cara Google memperlakukan karyawannya. Google betul-betul ingin memberikan suasana kerja yang nyaman dan menyenangkan. Prinsip Google : karyawan akan all out jika perusahaan pun memperlakukan mereka dengan sangat layak.
Sebagai contoh, pada foto no.2 & 3, itu adalah suasana di kantin Google. Disitu karyawan bebas mengambil makanan dan minuman yang disediakan serta jenisnya pun sangat beragam (all you can eat pokoknya). Pusat games pun tersedia. Ada juga seluncuran dari lantai 2 menuju lantai 1, dan masih banyak lagi yang lain.
Karyawan jenuh?? Tidak ada dalam kamus Google!

Jangan Meninggalkan Anjing Anda Bersama Anak Anda yang Masih Kecil

Beginilah akibat jika anda meninggalkan anjing anda sendiri bersama anak anda yang masih kecil.
anak nakal

Kejadian Lucu yang Ada di Indonesia

Mungkin kita sudah sering melewati sudut2 berbagai kota yang ada di Indonesia, selagi jalan-jalan, cuci mata, menikmati pemandangan. Tetapi seringkali kita melewatkan berbagai hal yang kalau diperhatikan, sebenarnya kocak dan lucu. Hehe… mari kita buktikan dalam bentuk foto-foto unik ini.

Hanya di Indonesia ada kasus seperti ini

Hanya di Indonesia si Mc Erot

Hanya di Indonesia ada yg jual ES PANAS

Hanya di Indonesia ada peringatan kyk gini (sbnrnya “Gunakan Listrik seperlunya” tapi ada yg jail hapus hurufnya)

Hanya di Indonesia kotak suratnya kaya gini

Hanya di Indonesia anak majikan dianggap sebagai herder

Hanya di Indonesia ada Pecel Lele pake listrik

Hanya di Indonesia yang ngejalanin “aturan untuk dilanggar”

Hanya di Indonesia ada larangan merokok seperti ini

Hanya di Indonesia yg memadukan IT dengan cara Tradisional

Hanya di Indonesia supirnya ada yg bekas penulis puisi

Hanya di Indonesia binatang malu difoto ama manusia

Hanya di Indonesia ada ancaman kyk gini

Hanya di Indonesia ada Bis Kota yg bisa dimakan

Hanya di Indonesia orang bisa jadi Polisi n jadi Tukang Becak dalam waktu yg bersamaan

Hanya di Indonesia ada anjing yang berani gigit ketua RT, dimumkan pula.

Hanya di Indonesia ada yg jual Lemon Tea bentuknya kyk gitu. Bentar2, dimana tea-nya??

Hanya di Indonesia ada Asbak terbesar sejagat raya

Hanya di Indonesia terjadi Pedamaman

Hanya di Indonesia kita bisa nabung sembari makan bakso

Hanya di Indonesia yang punya merek mobil seperti ini

Hanya di Indonesia yang punya nama tempat seperti ini

Hanya di Indonesia ada yang bisa menyaingi KFC (Kentucky Fried Chicken)

Hanya di Indonesia ada minuman berdosa

Hanya di Indonesia ada yg jual menu minuman kyk gini

Hanya di Indonesia ad kasus konyol seperti ini

Hanya di Indonesia ada cabang Starbucks Coffee buat kalangan bawah

Hanya di Indonesia ada yg jual Switter

Hanya di Indonesia yang pake peringatan meyakinkan pembelinya kyk gini

Hanya di Indonesia Nokia mendistribusikan produk sendalnya

Hanya di Indonesia motornya bisa dinaekin lebih dari 5 orang

Hanya di Indonesia yang mempuyai kembaran Presiden US

Hanya di Indonesia dimana Kasih sayang seorang Ibu bisa kalah dengan kasih sayang seorang Pembantu

Hanya di Indonesia ada orang yg curhat saat banjir

Hanya di Indonesia ada marka jalan sesat kyk gn

Hanya di Indonesia mahasiswa bisa ngambil jurusan Tambel Ban

Hanya di Indonesia ada peringatan untuk mengedarkan Narkoba (melarang untuk tidak mengedarkan = harus mengedarkan?? )

Hanya di Indonesia orang sampe harus dilarang untuk tidur di bawah mobil